Anak Berbakti
Ibnu Aun bercerita,
كَانَ مُحَمَّدُ بْنُ سِيْرِيْن إِذَا كَانَ عِنْدَ أُمِّهِ خَفِضَ مِنْ صَوْتِهِ وَتَكَلَّمَ رُوَيْدًا
“Muhammad bin Sirin, itu jika bersama ibunya bersuara lirih dan berbicara pelan-pelan.”
(Makarim al-Akhlaq karya Ibnu Abid Dunya dalam Min Akhbar as-Salaf as-Shalih hlm 399)
Cara berbakti kepada ortu itu dengan berbuat baik kepada ortu dengan perkataan, perbuatan, harta, dll.
Diantara contoh berbuat baik dengan perkataan adalah asyik ngobrol dengan orang tua.
Diantara bentuk kurang berbakti kepada ortu adalah tidak bisa ngobrol panjang, ngobrol asyik dengan ortu padahal bisa ngobrol demikian asyik dan panjang dengan isteri atau temannya
Diantara bentuk bakti kepada ortu dengan perkataan adalah bersuara lirih, tidak berteriak dan meninggikan suara ketika berbicara dengan ortu. Demikian pula berbicara pelan-pelan, tidak ngebut ketika ngobrol dengan ortu.
Muhammad bin Sirin adalah salah satu ulama besar era Tabiin.
Anak yang berpotensi besar tulus berbakti adalah anak yang kenal ilmu agama. Dengan ilmu agama anak akan menyadari dengan baik kewajiban berbakti dengan ortu dan bentuk-bentuknya.
Penulis: Ustadz Aris Munandar, S.S., M.P.I.